Artikel kali ini Jogjahost Blog akan memberikan cara membuat portofolio desain yang mendatangkan klien.
Tips Membuat Portofolio Desain
1. Tentukan Identitas

Portofolio nantinya akan mencerminkan identitas Anda. Bukan hanya identitas sebagai pribadi, tapi juga “identitas desain Anda”.
Dari portofolio akan tercermin: skill, pendekatan dan gaya desain Anda.
Maka dari itu, sebelum memulai semuanya, ada beberapa hal yang perlu Anda pikirkan:
- Seperti apa latar belakang dan pengalaman Anda?
- Bagaimana skill Anda?
- Apa yang membuat Anda bergairah?
- Apakah Anda ingin jadi spesialis atau all rounder?
- Bagaimana citra yang ingin Anda tonjolkan pada target audiens?
- Keunikan apa yang mencirikan identitas Anda?
Harapannya, setelah menjawab pertanyaan tersebut, Anda bisa merancang portofolio yang sesuai dengan tujuan Anda.
2. Pilih Karya Terbaik

“Wah desainku ada banyak, aku masukin semua ke portofolio ah”
BIG NO!
Bagaimanapun, portofolio adalah tempat untuk promosi. Apakah Anda mau mempromosikan pekerjaan yang “enggak banget”?
Maka dari itu, pilih saja beberapa karya yang paling membanggakan bagi Anda. Baik itu karena hasil desainnya yang keren, atau respon klien yang benar-benar terpuaskan.
Anda juga tidak harus menampilkannya secara kronologis. Karya yang paling bagus menurut Anda, bisa Anda letakan di bagian paling awal.
Selain itu, pastikan setiap karya yang Anda tampilkan memiliki keterkaitan satu sama lain. Maksudnya, karya-karya tersebut merujuk pada satu ciri khas yang jadi keunikan Anda.
Misalnya, ciri khas yang ingin Anda tonjolkan yaitu geometric style. Yasudah, upload lah karya yang menggunakan style tersebut.
Lalu, Bagaimana jika belum punya pengalaman kerja?
Ciptakan sendiri pengalaman itu! Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan, misalnya:
- Fake project. Coba cari sendiri suatu kasus, kemudian eksekusi kebutuhan desainnya.
- Redesign. Anda bisa mendesain ulang suatu produk. Misalnya Anda mendesain ulang logo Piala Menpora beserta elemen desain lainnya, sesuai interpretasi Anda. Tapi, jangan lupa tuliskan bahwa desain tersebut merupakan karya unofficial.
- Menawarkan jasa secara gratis. Coba tawarkan jasa desain Anda secara gratis, misalnya ke UMKM atau suatu lembaga non profit.
Selain tiga cara di atas, coba eksplorasi cara lainnya. Sebagai pekerja di bidang kreatif, Anda juga harus kreatif menciptakan celah sendiri.
3. Membuat Studi Kasus Pada Masing-masing Karya

Hanya menampilkan hasil desain sebagai portofolio, tidaklah cukup. Gambar tanpa sebuah arti hanyalah suatu ornamen.
Anda butuh narasi yang kuat.
Narasinya bisa berupa studi kasus.
Dari situ akan tergambar bagaimana kapasitas Anda mendalami masalah dan merumuskan ide untuk memecahkan masalah tersebut.
Beberapa poin berikut ini bisa Anda sampaikan pada studi kasus:
- Tujuan. Jelaskan dulu konteks dari karya tersebut. Hal itu bisa menjelaskan siapa kliennya, apa masalahnya, dan bagaimana Anda mencoba memecahkannya.
- Durasi dan kontribusi. Sampaikan durasi proyeknya dan berapa waktu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikannya. Apabila Anda bekerja dalam suatu tim, jelaskan juga kontribusi Anda secara spesifik.
- Proses desain. Jelaskan seluruh tahapan yang Anda lalui mulai dari proses membuat sketsa, hingga Anda berhasil membuat desain akhir sebagai solusi.
- Artefak visual. Pada proses desain, perkuat narasi Anda dengan gambar pendukung. Gambar tersebut bisa berupa kutipan wawancara, data statistik, hasil riset, sketsa, kerangka, elemen desain, dll.
4. Resolusi Tinggi

Pastikan karya yang Anda upload sebagai portofolio, menggunakan resolusi tinggi. Jadi, karya Anda bisa terlihat lebih jelas dan detail.
Tapi, pertimbangkan juga ukuran file nya. Jangan sampai file nya terlalu besar sehingga berat dan lama saat dimuat.
Maka dari itu, jangan lupa kompres dulu ukuran file nya.
Hal ini memang jadi salah satu hal dilematis pada portofolio desain. Anda harus bisa menemukan titik tengah antara gambar beresolusi tinggi, tapi tidak terlalu lama loadingnya.
5. Buat Portofolio yang Mudah Dinavigasi

Anda sudah mengumpulkan contoh karya yang spektakuler. Portofolio Anda juga terlihat indah dengan tata letak yang unik. Namun, klien merasa frustasi dengan navigasinya.
Semuanya sia-sia!
Pada saat calon klien merasa frustasi dengan navigasi di portofolio Anda, kemungkinan besar mereka akan pergi dan enggan melihat lebih jauh.
Bayangkan, berapa banyak kesempatan yang jadi sia-sia karena eksplorasi kreativitas yang kurang tepat.
Bagaimanapun, user experience tidak bisa Anda abaikan. Kreativitas Anda tetap harus mempertimbangkan kemudahan bagi user dan kecepatan aksesnya.
Selain itu, pertimbangkan juga aksesibilitas nya di HP.
6. Membuat Website Profesional

Jadikan website sebagai kanal utama portofolio Anda.
Memiliki website sendiri akan membuat Anda terlihat lebih profesional di mata klien.
Selain menampilkan contoh karya dan studi kasusnya, tampilkan juga resume Anda di website. Itu bisa berisi experience Anda yang relevan dengan bidang desain.
Dari segi desain, jangan lupakan poin lima.
Selain itu, performa website juga harus Anda pikirkan. Ini jadi salah satu masalah utama hampir di setiap website portofolio desain.
Hostingkan website Anda di Jogjahost. Terdapat paket SSD Max yang bisa memberikan performa web cukup baik.
Anda juga bisa berkonsultasi pada tim Jogjahost mengenai layanan hosting yang cocok untuk kebutuhan Anda.
7. Optimalkan Platform Digital Gratis

Selain website sendiri sebagai kanal utama, gunakan juga platform lainnya sebagai kanal penunjang.
Ada banyak platform khusus desainer yang bisa menghubungkan Anda dengan orang-orang di industri desain. Aktiflah di platform tersebut untuk meningkatkan awareness orang-orang terhadap Anda.
Beberapa platform yang bisa Anda optimalkan, misalnya: Kreavi, Behance, Dribbble, Pinterest, dll.
Selain itu, optimalkan juga sosial media Anda, terutama Instagram. Di sosial media inilah Anda bisa lebih aktif memamerkan berbagai jenis karya, berbagi insight, maupun berkomunikasi dengan audiens Anda.
Inspirasi Website Portofolio Desain
Di poin ini, kami akan berbagi beberapa inspirasi untuk Anda. Dari situ Anda bisa mempelajari cara pendekatan portofolionya.
Portofolio Desain: Platform untuk Memamerkan Karya Secara Komprehensif
Portofolio desain bisa jadi platform untuk memamerkan karya Anda secara komprehensif.
Apa yang Anda tampilkan dalam portofolio harus memiliki identitas yang mencirikan siapa Anda. Tidak perlu menampilkan semua karya, pilih yang paling bagus dan menonjolkan ciri khas Anda.
Jangan sekedar memajang gambar di portofolio. Lengkapi dengan studi kasus. Selain itu, pastikan gambarnya menggunakan resolusi tinggi.
Supaya terlihat profesional, sajikan portofolio dengan website yang sudah self hosting dan self domain.
Pada saat membuat website, perhatikan navigasi dan juga performa web nya. Gunakan layanan hosting Jogjahost untuk mendapatkan performa terbaik.
Website portfolio bisa menjadi kanal utama pemasaran Anda. Kemudian, sosial media atau platform khusus desainer bisa Anda jadikan sebagai kanal pendukung.
Penutup
Membuat portofolio bisa menjadi suatu perjalanan panjang dan melelahkan. Jangan sia-siakan proses tersebut, dengan memperhatikan berbagai poin di atas. Terus tingkatkan value Anda, upgrade portofolio desain, dan Anda akan mendapatkan lebih banyak klien.
Demikianlah Cara Membuat Portofolio Desain yang Mendatangkan Klien.
1 thought on “7 Cara Membuat Portofolio Desain yang Mendatangkan Klien”
Wah tips nya keren, mantap