Apa itu Experiential Marketing?
Experiential marketing adalah sebuah strategi pemasaran dengan menghadirkan pengalaman otentik pada konsumen. Anda juga bisa menyebutnya dengan “engagement marketing”.
Pendekatannya sedikit berbeda dengan strategi pemasaran lain yang cenderung satu arah. Strategi ini memiliki pendekatan dua arah, jadi perusahaan akan membawa konsumen terlibat dalam program yang dibuat.
Di atas segalanya, konsumen bisa merasa memiliki ikatan dengan brand Anda. Selain itu, pengalaman yang Anda berikan akan memberikan suatu kesan yang membekas dan mempengaruhi intensi pembelian.
EventTrack 2016 mencatat bahwa setidaknya 74% konsumen cenderung membeli produk yang dipromosikan dengan pendekatan experiential marketing.

Jenis-jenis Experiential Marketing & Contohnya
Setelah mengetahui definisinya, selanjutnya kami akan memperkenalkan jenis-jenisnya.
1. Kelas atau Workshop
Metode ini cukup umum, terutama di kalangan B2B.
Cara ini cukup efektif untuk terhubung dengan audiens. Selain itu, audiens juga bisa mendapatkan nilai pendidikan dari event tersebut.
Sebenarnya, acara semacam ini lebih cocok jika diselenggarakan secara tatap muka. Tapi saat ini perusahaan mulai mengoptimalkan aplikasi teleconference untuk menjalankan kelas atau workshop.
Contoh experiential marketing di Indonesia yang menggunakan metode ini adalah Kelas Ramadhan dari Visinema Pictures. Melalui Visinema Campus, Visinema menjalankan kelas online gratis membahas tentang filmmaking.

2. Pop-Up Experiences
Ada berbagai bentuk pop-up event. Misalnya, bazzar, instalasi seni, pertunjukan live, dll.
Pada prinsipnya, event ini bersifat sementara, tidak untuk bertahan lama. Event yang bersifat langka semacam ini akan membuat audiens tertarik untuk segera mengunjunginya.
Salah satu contohnya adalah Period Shop dari Kotex. Kotex menghadirkan pop-up shop yang menjual berbagai keperluan menstruasi.
Tempat ini juga memfasilitasi para wanita yang mengalami masalah menstruasi. Selain itu, Period Shop ini juga memfasilitasi diskusi tentang menstruasi secara umum.
3. Single-Person Events
Experiential marketing sebenarnya tidak harus mempengaruhi banyak orang pada satu waktu. Memberikan pengalaman unik terhadap satu orang di satu waktu juga bisa bekerja secara efektif.
Dengan catatan, pengalaman tersebut harus benar-benar unik hingga memberi kesan yang cukup mendalam dan bisa mempengaruhi perasaan orang lain.
Salah satu contohnya adalah single-person event yang Coca-cola rancang untuk promosi film SkyFall.
Konsepnya adalah memberi tantangan pada seseorang untuk menjadi James Bond.
Orang yang membeli Coca-cola di feeding machine akan ditantang untuk menuju feeding machine di tempat lain dalam waktu 70 detik. Selama perjalanan, mereka akan mengalami banyak rintangan. Imbalannya adalah tiket nonton film James Bond Skyfall.
4. Product Showcases
Metode ini bukan sekedar memamerkan produk ya! Jika seperti itu, apa bedanya dengan display produk di toko?
Metode ini bisa bekerja secara efektif jika Anda bisa menghadirkan sesuatu yang kreatif. Misalnya, di event tersebut Anda memberi demonstrasi dan memberikan kesempatan para konsumen untuk mencobanya.
Event semacam ini juga cukup efektif untuk memberi edukasi tentang produk Anda, pada konsumen potensial.
Contohnya adalah E3 Expo. Sebenarnya ini merupakan event besar yang memfasilitasi banyak pihak di industri game. Misalnya, game developers, publisher, pabrikan konsol, pabrikan komputer, dll.
Setiap perusahaan biasanya akan memiliki booth untuk menampilkan produk-produk mereka. Selama event, pengunjung mendapat kesempatan untuk mencoba menggunakan berbagai perangkat atau memainkan berbagai game yang tersedia.
5. Direct Mail
Strategi experiential marketing pada dasarnya tidak terbatas pada suatu penyelenggaraan event atau event marketing.
Tujuan utamanya adalah menciptakan koneksi yang otentik dan bermakna antara pelanggan dan brand. Hal tersebut bisa Anda capai dengan konsep kreatif seperti direct mail.
Metode ini melakukan pendekatan secara personal. Biasanya perusahaan akan memberikan suatu kiriman dengan pesan tertentu.
Salah satu contoh direct mail yang cukup unik adalah campaign Nestle untuk launching Kit Kat Chunky di UK.
Pihak Nestle mengirimkan beberapa kartu pos ke pelanggan potensial. Kartu pos tersebut mereka rancang sedemikian rupa supaya terlihat seperti kartu Royal Mail.
Di kartu tersebut tertulis bahwa barangnya terlalu besar untuk dikirim ke kotak surat mereka. Kemudian terdapat instruksi bagi penerima untuk mengambil Kit Kat Chunky gratis di store terdekat.

Itu dia beberapa jenis experiential marketing beserta contohnya. Anda bisa belajar dari contoh-contoh di atas atau contoh-contoh lainnya. Mempelajari contoh kasus nyata akan memberi insight yang lebih baik untuk Anda.
Manfaat Pemasaran Eksperimen
Strategi ini tidak hanya powerful, tapi juga memberi manfaat untuk jangka panjang.
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa Anda dapatkan dengan menerapkan strategi experiential marketing:
- Koneksi dengan pelanggan yang lebih otentik. Konsumen sudah bosan dengan metode promosi tradisional. Dengan experiential marketing, Anda bisa memberi pengalaman yang menyenangkan bagi konsumen. Dari situlah koneksi yang otentik antara brand dan konsumen bisa terwujud.
- Loyalitas konsumen. Koneksi yang otentik akan menciptakan kesan yang lebih mendalam. Hal ini akan membuat konsumen bertahan dan tetap setia dengan brand.
- Adanya dampak sosial. Konsumen cenderung ingin berbagi pengalaman, terutama di media sosial. Jika Anda bisa memberikan pengalaman terbaik, kemudian tinggal menunggu waktu hal itu akan menyebar dan jadi pembicaraan. Artinya, awareness dan promosi dari mulut ke mulut akan meningkat.
- Menjaring pelanggan baru. Word-of-mouth yang berjalan efektif bisa dengan mudah membuat konsumen baru tertarik.
Experiential Marketing: Meningkatkan Awareness Melalui Experience Bermakna
Experiential marketing pada prinsipnya tentang menciptakan relasi yang bernilai antara brand dan pelanggan. Hal ini mengenai interaksi dua arah, bukan hanya promosi produk terhadap audiens pasif.
Ada banyak jenis experiential marketing. Setiap event yang eksekusinya berhasil ternyata sangat berpengaruh pada intensi pembelian.
Strategi ini jadi peluang emas untuk meningkatkan direct selling, loyalitas pelanggan lama, dan ketertarikan pelanggan baru.
Selain itu, brand awareness dan brand exposure juga akan meningkat drastis. Hal ini berasal dari pengalaman peserta yang mereka share.
Hal ini sejalan dengan penelitian McKinsey yang menyatakan bahwa 50-80% experiential marketing menjadi katalisator kuat dalam pemasaran “word-of-mouth”.
Baca juga:
- Apa itu Marketing? Fungsi & Contoh Strategi Marketing
- Apa itu Marketing Mix? Kenali Konsep 7P Marketing Mix
- Apa itu Digital Marketing? Taktik & Manfaatnya untuk Bisnis Anda